Jumat, 20 Mei 2016

makalah manajemen pendidikan "HUMAS"

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan Humas (Hubungan Masyarakat) aatau Public Relations sangat dibutuhkan oleh hamper semua bentuk organisasi atau lembaga, bersifat komersial maupun tidak komersial dan perusahaan industry, oranisasi sosial budaya sampai pemerintahan. secara garis besar Humas merupakan salah satu ujung tombak dari suatu organisasi. Bagi sebuah organisasi, Humas sangat diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan para stakeholder ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, dan program organisai kepada publik (Ruslan, 2005). Oleh karena itu, praktek Humas yang paling ideal komunikasi aktif, menginformasikan berbagai kebijakan pemerintah kepada masyarakat, hal itu bertujuan untuk membentuk citra positif daerah tersebut dimata publiknya. Pentingnya peran Humas di suatu instansi dan lembaga pemerintah, dalam masyarakat modern, yakni dalam melakukan kegiatan-kegiatan dan operasinya di berbagai tempat dan berbagai bidang. Humas sebagai juru bicara di lembaga pendidikan, melakukan hubungan timbal balik antara lembaga pendidikan dengan masyarakat umum, dan organisasi kemasyarakatan, untuk memperjelas suatu kegiatan lembaga pendidikan dalam melakukan hubungan intern dengan satuan dan peliputan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan maupun masyarakat. B. Tujuan 1. Mengetahui konsep tentang manajemen humas pada lembaga pendidikan. 2. Mengetahui fungsi dan peran humas di lembaga pendidikan. 3. Mengetahui prinsip-prinsip humas dalam kepemimpinan di lembaga pendidikan. 4. Mengetahui peran humas dalam pengembangan perguruan tinggi. 5. Mengetahui penggunaan media dan teknik humas di lembaga pendidikan. 6. Mengetahui komunikasi efektif sebagai kunci keberhasilan humas. 7. Mengetahui Mampu menelaah pentingnya hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat.   BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Hubungan Masayarakat Manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan hubungan masyarakat dan sumber daya yang lain untuk mencapai tujuan secara efisien. Paling tidak manajemen dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian karena apa yang direncanakan harus dilaksanakan dan selanjtnya apa yang dilaksanakan perlu dikendalikan untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan rencana. Secara sederhana manajemen Humas (Public Relations) adalah salah satu peroses dalam menangani perencanaan, pengorganisasian, mengkomunikasikan serta mengkoordinasikan dengan serius dan rasional dalam upaya pecapaian tujuan bersama bagi sebuah lembaga atau organisasi. Berikut adalah beberapa pengertian tentang Public Relations (Hubungan Masyarakat) menurut para pakar, diantaranya: a. Wahjosumidjo Hubungan masyarakat adalah suatu proses pengembangan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat yang bertujuan memungkinkan orang tua dan warga wilayah perpartipasi aktif dan penuh arti didalam kegiatan pendidikan di sekolah. b. Onong Uchjana Efendi Hubungan masyarakat adalah kegiatan berencana untuk menciptakan membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi organisasi di satu pihak dan publik di pihak lain, untuk mencapainya yaitu dengan jalan komunikasi yang baik dan luas secara timbal balik. B. FUNGSI DAN PERAN HUMAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN 1. Peran Humas Pada Lembaga Pendidikan Pada dasarnya humas atau public relations sangat dibutuhkan dalam sebuah perusahaan untuk membangun image yang positif. Namun tidak hanya dalam sebuah perusahaan, pada sebuah lembaga sosial seperti lembaga pendidikan yang merupakan tempat untuk untuk menyalurkan ilmu pada generasi penerus bangsa juga memerlukan fungsi manajemen humas. Humas dalam sebuah lembaga pendidikan berperan untuk memasarkan dan membangun image yang baik, agar masyarakat mampu percaya pada lembaga pendidikan tersebut. Selain itu humas dalam lembaga pendidikan juga berperan untuk membina dan mengelola hubungan yang baik dengan publik internal seperti antar karyawan karena hubungan yang baik dalam publik internal sangat dibutuhkan untuk membangun dan menjaga lembaga pendidikan itu sendiri. Selain dengan publik internal, humas dalam lembaga pendidikan juga berperan untuk membina dan menjaga hubungan yang baik dengan publik eksternal yati dengan masyarakat. Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat humas harus mampu menjaga hubungan baik tersebut. Humas juga harus mampu mendengar keinginan dan opini masyarakat. 2. Fungsi Humas Pada Lembaga Pendidikan Pada era global dimana segala sesuatunya sudah meningkat lebih cepat baik dalam masalah pendidikan maupun teknologi akan menciptakan perubahan-perubahan pada aspek kehidupan. Oleh karena itu lembaga pendidkan juga harus mampu menyeimbangi perubahan tesebut. Pada era global lembaga pendidikan juga harus berani menghadapi persoalan global yang mungkin timbul akibat adanya perubahan pada aspek kehidupan masyarakat, khusunya mengantisipasi opini negatif dari masyakarat. Untuk menghadapi persoalan global dan mengantisipasi opini negatif suatu lembaga pendidikan memerlikan humas sebagai fungsi manajemen. Fungsi humas pada lembaga pendidikan antara lain : 1. Humas harus mampu menjadi mediator komunikasi dalam sebuah lebaga pendidikan, baik secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media/pers). 2. Menciptakan dan mendukung serta menunjang kegiatan yang dilakukan untyk proses mempublikasikan lembaga pendidikan. Dalam hal ini humas berfungsi untuk memasarkan atau mempromosikan lembaga pendidikan. 3. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat atau pubik intern, serta menciptakan image positif pada lembaga pendidikannaya. Menjaga hubungan baik denagn masyarakat dilakukan guna untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat. C. Humas dalam Kepemimpinan Di Lembaga Pendidikan Dalam suatu instansi pemerintahan atau juga di lembaga pendidikan tidak bisa di pungkiri bahwasannya sangat membutuhkan seorang pemimpin dalam berjalannya sutu organisasi. Pemimpin adalah orang yang mempunyai tugas memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifatyang harus dimiliki seorang pemimpin. Konsep yang utama dalam manajemen kehidupan organisasi kepemimpinan mempunyai peran yang sangat vital dalam aktivitas organisasi demi berjalannya suatu organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi-organisasi yang ada. Sosok yang diperlukan dalam suatu organisasi kepemimpinan yang baik menurut apa yang harus dimiliki seornag pemimpin pada umumnya. Seorang pemimpin adalah yang teratas dalam pengambilan keputusan atau yang paling berkuasa dalam suatu organisasi, Pastinya seorang pemimpin yang pertama baik buruknya organisasi. Seorang pemimpin harus mempunyai gagasan yang bagus demi terwujudnya tujuan dari organisasi itu tersebut. Dalam sebuah lembaga pendidikan manajemen humas tidak jauh dari manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia adalah pendekatan terhadap manajemen manusia yang yang berdasarkan nilai yang berhubungan dengan organisasi atau lembaga pendidikan. D. PERAN HUMAS DALAM PENGEMBANGAN PERGURUAN TINGGI Jika merujuk pada rumusan teori tersebut, maka humas akan berfungsi secara optimal ketika ditempatkan pada fungsi staf. Artinya, pada pada posisi tersebut PR akan memiliki akses langsung dengan para pengambil keputusan (koalisi dominan). Sedangkan aspek teoritis mengenai peran yang melekat pada humas, dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu, Peran Manajerial dan Peran Teknisi Komunikasi (Dozier and Broom, 1986). 1. Peran Managerial • Expert prescriber Yaitu peran PR yang diakui sebagai ahli sehingga dipercaya untuk memberikan solusi bagi setiap masalah. Seorang praktisi PR berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Di sini pihak manajemen bertindak pasif, dan hanya menerima apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar PR. • Communication Facilitator Yaitu peran yang memfasilitasi komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Praktisi PR bertindak sebagai mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengarkan apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Di lain sisi, PR juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. • Problem solving facilitator di sini PR berperan untuk memfasilitasi proses pemecahan masalah antara organisasi dengan publiknya. Praktisi PR berperan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional 2. Peran Teknisi Komunikasi Humas melakukan tugas-tugas yang terkait dengan kemampuan komunikasi secara teknik. E. Kategori penggunaan dan teknik humas di dalam lembaga pendidikan 1. Jenis Media Internal Humas di Lembaga Pendidikan Media internal sasarannya publik internal. Menurut Zulkarnain Nasution ada beberapa jenis media internal (ke dalam) yang sering digunakan para praktisi Humas di lembaga pendidikan, antara lain: a. Warta atau bulletin Merupakan media cetak internal suatu lembaga pendidikan. Umumnya berisi berita-berita tentang kegiatan yang dilaksanakan dan program yang akan dilaksanakan unit kerja di lingkungan lembaga pendidikan. Warta atau bulletin ini diterbitkan secara berkala, ada yang bulanan dan mingguan. b. Papan informasi adalah tempat menempelkan pengumuman, terkait pelaksanaan kegiatan di lembaga pendidikan dan sosialisasi kebijakan pimpinan di lembaga pendidikan secara tertulis, seperti edaran dan sebagainya. Papan informasi bisa juga untuk menempelkan brosur atau leaflet tentang kegiatan-kegiatan yang akandiselenggarakan, seperti brosur atau leaflet kegiatan seminar atau lokakarya, informasi tentang penerimaan mahasiswa baru dan sebagainya. c. PapanFoto Papan foto untuk menempelkan foto-foto kegiatan di lingkungan unit kerja lembaga pendidikan yang didokumentasikan staf Humas. d. Spanduk dan Baliho Spanduk dan baliho merupakan media informasi internal yang ditempatkan di jalan-jalan yang strategis di lingkungan lembag apendidikan, bisa juga di depan gedung. e. Presentasi Video dan Slide Perangkat audio visual dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti mensosialisasikan program lembaga pendidikan kepada publik internal. f. Komunikasi Tatap Muka Komunikasi tatap muka merupakan media interpersonal antara pimpinan (pihakHumas) dengan para karyawan, tenaga pengajar dan siswa. Misalnya, ceramah, rapat bulanan, rapat koordinasi, dan sebagainya. Komunikasi tatap muka merupakan media yang efektif, karena bias terjadi interaksi dan feed back antara pimpinan dengan karyawannya. g. Acara kekeluargaan Berbagai kegiatan dana cara tidak resmi, seperti arisan keluarga dan rekreasi atau piknik seluruh karyawan beserta anggota keluarganya. Tujuannya meningkatkan dan membina hubungan harmonis antara sesame karyawan dan refresing atau menghilangkan capek akibat beban kerja rutin setiap hari. h. LiteraturPengenalan/Informasi Literatur pengenalan adalah berbagaimana naskah, materi atau buklet yang berisi kan riwayat singkat lembaga pendidikan, berbagaikegiatanpokok, carakerja, fungsi-fungsi yang dijalankanlembagapendidikandenganbagan-bagan, strukturmanajemen, dananekahalpentinglainnya yang harusdiketahuiparapegawaibaru. 2. Jenis Media Eksternal Humas di LembagaPendidikan Media eksternal sasarannya public eksternal (keluar).Guna menjangkau khalayak tertentu untuk mencapai tujuan Humas. Adakalanya penggunaan media massapers, radio, televise tidak sesuai, apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja. Karena itu sangat dibutuhkan adanya media humas eksternal yang berfungsi memberikan informasi dan penyampaian komunikasi kepada pihak atau lembaga luar. Menurut zulkarnain nasution media komunikasi eksternal itu sendiri memiliki berbagai bentuk antara lain: a. Jurnal eksternal Jurnal eksternal tidak harus diartikan semata-mata berbagai suatu bentuk terbitan tentang suatu lembaga pendidikan yang dibagikan kepada pihak pihak luar. Pihak luar tidak akan tertarik dengan masalah-masalah yang dihadapi suatu organisasi. b. Media Audio Visual Perangkat audiovisual merupakan suatu mdia yang cakupannya terbatas yang dimiliki dan sepenuhnya dikendalikan pihak tertentu diarahkan kepada khalayak yang bersifat terbatas pula. Para praktisi HUmas dapat memanfaatkan CD untuk merekam dan mendokumentasikan berbagai peristiwa. c. Komunikasi lisan Penyampaian suatu uraian secara lisan, mungkin jugadengan didukung peralatan audiovisual, merupakan suatu kegiatan Humas yang penting. Beberapa lembaga pendidikan bahkan telah memperkerjakan para pembicara secara permanen dan diserahi tugas khusus untuk menyampaikan penjelasan mengenai lembaga pendidikannya di berbagai klub dan perkumpulan masyarakat. d. PameranKegiatan Pameran merupakanpelaksana fungsi humas melalui penyelenggaraan pameran atau ekshibisi. Pada umumnya, pameran dagang atau pameran yang terbuka untuk umum merupakansuatu media iklan. Tujuan penyelenggaraan pameran tersebut, memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat agar mereka tertarik kemudian membelinya. e. Seminar danKonferensi Guna menunjang penggunaan berbagai macam media yang diuraikan, ada baiknya jika suatu lembaga pendidikan menyelenggarakan suatu pertemuan khusus untuk khalayak. Bentuk pertemuan itu bias berupa seminar atau konferensi pers. Tujuan kegiatan ini menyampaikan presentasi ke orang-orang tertentu. f. Media Cetak Media ini bersifat komersial, misalnya surat kabar harian, tabloid, majalah berita atau hiburan yang diterbitkan secara berkala mingguan atau bulanan, tersebar luas dan dibaca oleh masyarakat. g. Media Elektronik Media elektronik seperti stasiun radio dan televise, baik milik pemerintah (TVRI dan RRI) maupun swasta komersial dan radio swastaniaga lain yang mempunyai pendengar atau pemirsa dalam jumlah besar dan tersebar di seluruh Indonesia. h. Media TatapMukaatauSecaraLangsung Media tatap muka ini mempunyai beberapa kelebihan yakni: pesannya dua arah. Dapat melibatkan emosi, audiensinya dalam upaya membangun suatu pengaruh, pendidikan, pengenalan, pengertian atau pemahaman. i. Media Cetakan Media ini, seperti booklet, brosur, leaflet Poster, sticker, pamphlet, post card, kalender, supplement publications dan lain-lain. Media inidibuat di percetakan.Ini media ini adalah publikasi tentang jurusan, program studi, biaya pendidikan, dan lain-lain. j. Company Profile (ProfilLembagaPendidikan) Merupakan buku yang memberikan informasi tentang profil dari lembaga pendidikan. Proses perencanaan, perencanaan tindakan, strategi penyampaian pesan (komunikasi). k. Media Internet Sekarang ini internet selalu digunakan lembaga pendidikan sebagai sarana informasi dan publikasi kepada masyarakat luas, bahkan sampai kedunia internasional. Misalnya membuat email-Warta mingguan di internet. F. Komunikasi Efektif Sebagai Kunci Keberhasilan Humas Dalam menghadapi persaingan antar sekoah yang ketat, visi misi sebuah sekolah merupakan landasan untuk membentuk positioning di masyarakat. Positioning dimaksudkan sebagai cara untuk merancang tujuan organisasi agar dapat menciptakan kesan tertentu di masyarakat. Dengan demikian masyarakat memahami karakteristik sekolah satu dan sekolah lainnya. Promosi di sekolah swasta bertujuan untuk menghadapi persaingan dengan sekolah-sekolah lain dan mempertahankaan eksistensi organisasi. Dalam menjalankan promosi maka sekolah membutuhkan humas dalam mengelola informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Fungsi komunikasi dalam humas lebih dipahami bahwa kegiatan utamanya adalah melakukan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh humas ini dulu bersifat satu arah yang cenderung menjadi propaganda dan kemudian dalam perkembangannya berubah menjadi dua arah yang lebih memberikan kesempatan untuk publiknya membuat opini. Peran utama komunikasi dalam humas menurut Culip dan Center (2007;46-48), antara lain teknisi komunikasi. Keahlian komunikasi dan jurnalistik merupakan syarat yang harus dimiliki sebagai seorang praktisi humas. Teknisi komunikasi disewa untuk menulis news release dan future, mengembangkan isi website dan menangani kontak media. Para teknisi komunikasi hanya dilibatkan dalam proses produksi komunikasi dan mengimplementasikan progam-progam yang telah ditentukan. Pemerintah memiliki wewenang yang kuat daalam mengatur sector pendidikan serta pengoperasian lembaga pendidikan, untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas pendidikan. Untuk itu, salah satu peran humas adalah menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemerintah sehingga aktivitas lembaga pendidikan akan sejalan dengan kebijakan pemerintah.Untuk memenuhi dalam pelayanan pendidikan, sekolah harus memperhatikan kualitas dari dari staf pengajar, metode pembelajaran yang digunakan, dan lulusan dari sekolah tersebut. Dengan demikian komunikasi berperan serta dalam menjaga kualitas jasaa yang diberikan dan membawa reputasi sekolah agar citra yang didapat tetap citra positif. Definisi humas menurut International Humas Association, menyatakan bahwa definisi dari humas adalah: “Fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan, kerjasama yang melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan atau permasalahan, membantu membantu manajemen untuk mampu menanggapi opini public, mendukung manajemen dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa humas sebagai pemelihara alur komunikasi antara stakeholders dengan organisasi. Pemelihraan alur komunikasi ini bersifat berkelanjutan untuk menjaga kepercayaan stakeholders terhadap organisasi. Kepercayaan tersebut akan mempengaruhi opini public yang secara tidak langsung akan mempengaruhi keberlangsungan dari aktivitas sebuah organisasi. Opini public tersebut akan mempengaruhi citra yang didapat organisasi. Pada hakikatnya setiap organisasi mengharapkan reputasi yang baik dari masyarakat demi kelancaran aktivitas organisai. G. Model Humas-model humas di lembaga pendidikan Dalam humas terdapat model yang menentukan sebuah pesan yang akan disampaikan kepada public. Menurut James E. Grunung dan Todd Hunt empat model humas yang asli adalah: 1. Model Agen Pemberitahuan (Press Agentry) Merupakan model dimana informasi bergerak satu arah dari organisasi menuju publik. Model ini bermakna sama dengan promosi dan publisitas . Praktisi Publik Relations yang mempraktikkan model ini mencari kesempatan agar citra positif organisasi muncul di media. Model ini tidak melakukan riset banyak tentang publik. Moel ini lebih banyak menggunakan taktik sehingga khalayak lebih tertarik dengan informasi-informasi yang diberikan oleh organisasi yang bersangkutan. 2. Model Informasi Publik Informasi Publik berbeda dengan Agen Pemberitahuan karena tujuan utamanya adalah untuk memberi tahu publik dan bukan untuk promosi dan publisitas. Namun,alur komunikasinya masih tetap satu arah. Sekarang model ini mewakili praktik Public Relasions di pemerintahan, lembaga pendidikan, dan bahkan beberapa korporasi. Pada model ini, praktisi Public Relasions sedikit melakukan riset terhadap publik guna untuk mendapat kejelasan dari informasi yang disampaikan. 3. Model Asimetris Dua Arah Model ini menerapkan metode riset ilmu sosial untuk meningkatkan efektivitas pengaruh pesan yang disampaikan. Praktisi Public Relations dengan model ini menggunakan survei dan wawancara untuk mengukur serta menilai publik sehingga mereka bisa merancang program Public Relations yang bisa memperoleh dukungan dari publik. Kemudian timbal balik (feedback) dari penjelaan sebelumnya berada ke dalam proses pembuatan program.Namun organisasi dengan model ini masih tertarik mengenai bagaimana publik menyesuaikan diri dengan mereka daripada organisasi yang menyesuaikan dengan kepentingan publik. 4. Model Simetris Dua Arah Menggambarkan sebuah pedoman Public Relations di mana organisasi dan publik saling menyesuaikan diri. Fokus pada penggunaan metode riset ilmusosial untuk memperoleh rasa saling pengertian serta komunikasi dua arah antara publik dan organisasi daripada persuasi satu arah. Tiga model pertama mereflesikan sebuah praktik public ralations yang berusaha mencapai tujuan organisasi melalui persusasi. Kemudian model keempat berfokus pada usaha menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan publik atau kelompok lainnya. Sedangkan menurut Wahjosumidjo, seperti yang dikutip oleh Marno dan Triyo Supriyatno, memberikan rumusan beberapa model humas dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, antara lain: 1. Analisis, adalah suatu proses tempat isu-isu dari anggota masyarakat diidentifikasi dan dicari hubungannya satu sama lain. 2. Komunikasi, proses interaksi antara sesama anggota masyarakat dan antar sekolah dengan anggiota masyarakat. 3. Keterlibatan, melalui proses tersebut anggota masyarakat memberikan kontribusi, energi, keahlian, dan sumber-sumber lain terhadap sekolah dan memperoleh jalan untuk proses pembuatan keputusan tentang sekolah. Penyelesaian, proses yang direncanakan untuh memecahkan masalah dan untuk mengurangi konflik aktualdan potensial di antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. H. Peran dan Manfaat Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat Fuad Ihsan dalam bukunya Dasar-dasar Kependidikan menyebutkan bahwa terdapat beberapa manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat a. Adanya bantuan tenaga terdidik di bidangnya, ini akan memperlancar pembangunan di lingkungan masyarakat yang bersangkutan b. Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita yang ada di lingkungan kepada pendidikan. c. Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak lebih maju terhadap program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut. d. Masyarakat akan lebih mengenal fungsi sekolah. e. Masyarakat akan terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya berkat kerjasama antara msyarakat dengan sekolah. 2. Bagi sekolah a. Sekolah mendapat masukan dari masyarakat untuk menyempurnakan proses KBM, pengajaran, karena interaksi sekolah dengan masyarakat. b. Memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam berbagai hal c. Dapat memahami dan peka terhadap kebutuhan masyarakat di berbagai segi d. Seolah dapat menerima berbagai bantuan dari masyarakat antara lain pikiran, dana, sarana dan lain-lain. e. Sekolah dapat memanfaatkan masyarakat segbagai Laboratorium pada proses KBM. Sedangkan menurut Made Pirdata, terdapat beberapa manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat ialah sebagai berikut : Bagi lembaga pendidikan Bagi masyarakat - Mempermudah memperbaiki pendidikan - Memperbesar usaha meningkatkan profesi mengajar - Konsep pematangan pengajar menjadi benar - Mendapatkan koreksi dari kelompok masyarakat - Memudahkan meminta bantuan kepada masyarakat - Masyarakat mengetahui hal-hal perseolahan dan inovasinya - Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah diwujudkan - Menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan - Memberikan saran dan masukan untuk lembaga pendidikn Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa pada hakekatnya hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat sangat korelatif, saling mendukung satu sama lain. suatu lembaga pendidikan dapat maju karena dukungan dari masyarakat. Karena bagaimanapun, setiap peserta didik akan langsung terjung ke masyarakat. Oleh sebab itu, peran aktif masyarakat untuk mewujudkan pendidikan sangat berpengaruh pada perkembangan pendidikan di masa depan.   BAB III KESIMPULAN 1. Hubungan masyarakat adalah kegiatan berencana untuk menciptakan membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi organisasi di satu pihak dan publik di pihak lain, untuk mencapainya yaitu dengan jalan komunikasi yang baik dan luas secara timbal balik. 2. Humas dalam sebuah lembaga pendidikan berperan untuk memasarkan dan membangun image yang baik, agar masyarakat mampu percaya pada lembaga pendidikan tersebut. 3. Peran humas dalam lembaga pendidikan diantaranya Peran Managerial dan Peran Teknisi Komunikasi. 4. Kategori penggunaan dan teknik humas di dalam lembaga pendidikan diantaranya Jenis Media Internal Humas di Lembaga Pendidikan dan Jenis Media Internal Humas di Lembaga Pendidikan.   DAFTAR PUSATAKA Broom, G.M., dan Dozier D.M., 1986. Advancement for Public Relations Role Models. Dalam Public Relations Review.Vol.12 (1). Hasbullah. 2001. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo Persada Nasution, Zulkarnain. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM press. Pidarta, Made. 1988. Manajemen pendidikan Indonesia.Jakarta :PT. Bina Aksara. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 334. .

makalah perkembangan Peserta Didik Masa Prenatal dan Balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam perkembangan peserta didik terdapat materi periode pranatal, Periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu. Meskipun periode prenatal merupakan periode di mana perkembngan dan pertumbuhan terjadi lebih banyak dan lebih cepat, namun periode ini juga mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis yang sangat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya, bahkan dapat mengakhiri suatu perkembangan. Setiap manusia, sebagai individu yang normal, akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses perkembangan kehidupan manusia melalui beberapa tahapan. Umunya, manusia akan selalu berubah mengikuti proses perkembangan di sekitar kehidupannya, dimulai sejak masa prenatal, masa bayi, lalu tumbuh menjadi seorang remaja, dewasa, dan kemudian meninggal. Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2004) membagi perkembangan manusia menjadi Sembilan tahap, yakni: masa prenatal, bayi dibawah tiga tahun (toddler), anak-anak awal (early childhood), anak-anak tengah (middle childhood), anak-anak akhir (late childhood), remaja (adolescence), dewasa muda (young adulthood), dewasa tengah (middle adulthood), dan dewasa akhir (late adulthood). Masa prenatal ditandai dengan pembentukan sistem jaringan dan struktur organ-organ fisik. Proses pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak terjadinya konsepsi, yakni pertemuan antara spermatozoa dengan sel telur yang akan menjadi calon manusia dan berkahir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya. Masa prenatal merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan awal dalam kehidupan manusia. Para ahli menyebutnya sebagai masa perubahan evolusi janin dalam kandungan. Kondisi janin dalam kandunga sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan hidupnya, yakni seberapa jauh ibunya memiliki taraf kesehatan, kebiasaan, dan perilaku yang baik atau tidak. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena akan berpengaruh pada perkembangan janin dan berpengaruh pula pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana perkembangan peserta didik pada masa prenatal. 1   BAB II PEMBAHASAN Pengertian perkembangan Peserta Didik Masa Prenatal dan Balita Prenatal adalah masa sebelum kelahiran. Masa Prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni pertemuan antara sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya. Adapun tahapan pada masa prenatal ini dibagi menjadi 3 tahapan yatu : 1. Tahap Germinal/praembrionik (awal kehidupan) Merupakan masa awal kehidupan manusia. Proses ini dimulai ketika terjadi proses pembuahan. 2. Tahap embrio Tahap ini dimulai ketika zigot telah tertanam dengan baik didalam dinding rahim. Dalam tahap insistem dan organ dalam otak mulai terbentuk dari susunan sel. Masa ini dianggap sebagai masa yang kritis karena bentuk fisik yang saat itu berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi yang kurang baik. 3. Tahap Janin Pada masa ini memiliki pertumbuhan yang sangat pesat. Embrio yang berkembang menjadi janin sudah memiliki organ-organ internal (jantung, paru-paru, usus besar dsb) dan eksternal (tangan, jari-jari, kepala dsb) secara lengkap. Janin makin memanjang dan sistem organ tumbuh berkembang semakin kompleks. Hal ini akan terus berlangsung hingga organism itu matang dan siap untuk dilahirkan. Pada masa prenatal, janin didalam kandungan juga membutuhkan suatu pendidikan. Pendidikan yang dimaksud berupa musik. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada masa jabang bayi mendengarkan musik bisa memperluas volume otak besar, memajukan syaraf perasa janin, menambah kegiatan utama urat syaraf dan membantu daya berimajinasi abstrak dari pertumbuhan normal anak. Ada beberapa cara dan bahkan banyak cara yang dilakukan oleh seorang ibu untuk meningkatkan IQ sejak masih dalam kandungan diantaranya yaitu dengan menyimak gambar yang merangsang otak kanan untuk melatih otak , mengajak ngobrol janin dan juga bisa dengan kegiatan menjawab teka-teki, membaca buku dan lainnya. Selain pendidikan, janin dalam kandungan juga butuh asupan gizi yang cukup karena gizi sangat berpengaruh bagi janin agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bukan hanya bagi janin, perlakuan-perlakuan tersebut juga berpengaruh kepada bayi yang dilahirkan bahkan sampai usia dewasa. Perlakuan yang baik akan melahirkan bayi yang memiliki kondisi tubuh yang baik, sehat, jenius,serta memiliki kemampuan yang lebih daripada yang diperlakukan kurang baik. Akan tetapi, hal itu tergantung dari orang tua si janin ketika mengandung. Karena minimnya kesadaran orang tua dan para pendidik serta lingkungan menyebabkan kurangnya perilaku untuk mengembangkan potensinya, tetapi sebaliknya mereka membuat anak-anak tidak jenius lagi bahkan anak-anak menjadi lemah atau bodoh. Sejak lahir sampai usia 2 tahun, sebagian besar pola emosional dan sudah terbentuk. Dr. Benjamin S. Bloom, processor of education, university of Chicago, melakukan penelitian mengenai perkembangan intelektual pada otak anak pada tahun 1964,hasil penelitiannya: 1. Sampai usia 4 tahun, tingkat intelektual mencapai 50% 2. Sampai usia 8 tahun mencapai 80% 3. Sampai usia 18 tahun mencapai 100% Kondisi Psikologi Ibu hamil Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Menurut Mochtar (1998), terdapat tiga faktor utama dalam persalinan, yaitu faktor jalan lahir (passage), faktor janin (passenger), dan faktor tenaga atau kekuatan (power). Selain itu, dalam persalinan dapat ditambahkan faktor psikis (kejiwaan) wanita menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Karena itulah seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, dan psikoseksual serta psikososial sebelum kawin dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi persalinan dan nifas Gambaran Kondisi Psikologi Ibu Bersalin Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Lefrancois (1980, dalam Kartikasari, 1995) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan perasaan – perasaan yang tertekan yang muncul dalam kesadaran. Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu : 1. Tingkat Psikologis; kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala kejiwaan, seperti tegang,bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya. 2. Tingkat fisiologis; kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala‐gejala fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar‐debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya. Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal yaitu : 1. Manifestasi kognitif Terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi, 2. Perilaku motorik Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar. 3. Perubahan somatic Muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki kaku, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, peningkatan respirasi, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain. 4. Afektif Diwujudkan dalam perasaan gelisah, perasaan tegang yang berlebihan. Wanita hamil yang siap secara fisik dan mental akan menjalani proses kehamilan hingga proses persalinan dengan lancar. Permasalahannya tidak semua wanita siap secara fisik dan mental. Adapun penyebab kedua, ada teman atau kerabat calon ibu saat proses kelahiran mengalami kenyataan yang tidak diinginkan,seperti sang ibu atau bayi yang dikandung meninggal. Keadaan ini tentu saja bisa memengaruhi psikologis calon ibu dan mulai berpikiran tentang proses melahirkan yang menakutkan. Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada teman atau kerabat yang menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan komentar yang menyeramkan. Alhasil, bukannya tenang, ibu yang hendak melahirkan jadi tambah cemas. Puncak kekhawatiran muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik. Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai terhenti. Kekhawatiran-kekhawatiran ini kadang tidak berhenti begitu persalinan berakhir, melainkan berlanjut hingga setelah melahirkan. Terbukti, seringkali muncul pertanyaan-pertanyaan seperti, “Gimana bayi saya, Dok? Sehat atau tidak? Apakah anggota tubuhnya lengkap?” Apalagi bila ibu mengalami perdarahan, wajar bila ada kekhawatirantersendiri, “Akankah terjadi infeksi? Berapa banyak robeknya? Dijahit berapa banyak?” Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan wujud dari kekhawatiran si ibu. Peran Pendamping Persalinan Terhadap Psikologi Ibu Bersalin Banyak penelitian yang mendukung kehadiran orang kedua saat persalinan berlangsung. Penelitian oleh Hodnett, 1994 ; Simpkin, 1992 ; Hofmeyr, Nikodem & Wolmann, 1991; Hemminki, Virta & Koponen, 1990 yang dikutip dari Depkes tahun 2001 menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai pendamping dalam persalinan akan memberikan kenyamanan pada saat persalinan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan, dapat menurunkan rasa sakit, persalinan berlangsung lebih singkat dan menurunkan persalinan dengan operasi termasuk bedah caesar (Astuti, 2006). Penelitian lain tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan, yaitu oleh Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dari Musbikin dalam bukunya yang berjudul Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan. Ibu-Ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis,dan fisologis ibu. Secara psikologis, Istri membutuhkan dampingan suami selama proses persalinan. Proses persalinan merupakan masa yang paling berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses persalinan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman. Perhatian yang didapat seorang ibu pada masa persalinan akan terus dikenang oleh ibu terutama bagi mereka yang pertama kali melahirkan dan dapat menjadi modal lancarnya persalinan serta membuat ibu menjadi merasa aman dan tidak takut menghadapi persalinan. Dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan, memberikan rasa nyaman, semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu, serta mengurangi kebutuhan tindakan medis. Dukungan suami dalam proses persalinan merupakan sumber kekuatan bagi ibu yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan finansia. Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi penguatan pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan mengurangi durasi kelahiran. Selama persalinan teruama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Menurut Klaus dan Kennel (1993), ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan banyak keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu persalinan lebih pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan kelahiran dengan forcep (40%). Dilaporkan juga bahwa dengan kehadiran suami selama proses persalinan secara bermakna lama persalinan menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran suami atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan menjadi lebih nyaman sehingga mendukung kelancaran proses persalinan. Ketenangan yang seharusnya didapatkan ibu selama persalinan tidak tercapai,semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri ibu dan kepada petugas kesehatan baik dokter maupun bidan agar memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian kepada ibu dengan penuh kesabaran. Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Peristiwa-peristiwa itu mempunyai makna yang berbeda-beda bagi setiap wanita maupun keluarganya. Bagi banyak wanita, peristiwa-peristiwa itu bermakna positif dan merupakan fase transisi yang menyenangkan ke tahap baru dalam siklus kehidupannya. Namun, sebagaimana tahap transisi lain dalam fase kehidupan, peristiwa itu dapat pula menimbulkan stress, sehingga respons yang terjadi dapat berupa kebahagiaan, maupun sebaliknya, seperti krisis lain dalam kehidupan, dapat juga menyebebabkan kekecewaan Menurut Mochtar (1998), terdapat tiga faktor utama dalam persalinan, yaitu faktor jalan lahir (passage), faktor janin (passenger), dan faktor tenaga atau kekuatan (power). Selain itu, dalam persalinan dapat ditambahkan faktor psikis (kejiwaan) wanita menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Karena itulah seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, dan psikoseksual serta psikososial sebelum kawin dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi persalinan dan nifas Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman melahirkan. Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda ibu dengan semua ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya. Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan telah turun dari 390 per 100.000 di tahun 1994 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup antara tahun 2002-2003, dari 5.000.000 kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Kematian ibu menurut World Health Organizatian (WHO) adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan (Dinkes, 2006). Banyak faktor penyebab tingginya AKI. Salah satunya adalah kondisi emosi ibu hamil selama kehamilan hingga kelahiran bayi. Selama kehamilan, ibu mengalami perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat perubahan hormon. Perubahan ini akan mempermudah janin untuk tumbuh dan berkembang sampai saat dilahirkan. Adapun pada trimester ketiga (27-40 minggu), kecemasan menjelang persalinan ibu hamil pertama akan muncul. Pertanyaan dan bayangan apakah dapat melahirkan normal, cara mengejan, apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi lahir selamat, akan semakin sering muncul dalam benak ibu hamil. Pada usia kandungan tujuh bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Di samping itu, trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil. Ibu hamil pertama tidak jarang memiliki pikiran yang mengganggu, sebagai pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya. Semua orang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali. Oleh karena itu, muncul ketakutan-ketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki pengalaman bersalin. Adanya pikiran-pikiran seperti melahirkan yang akan selalu diikuti dengan nyeri kemudian akan menyebabkan peningkatan kerja sistem syaraf simpatetik. Dalam situasi ini, sistem endokrin, terdiri dari kelenjar-kelenjar, seperti adrenal, tiroid, dan pituitary (pusat pengendalian kelenjar), melepaskan pengeluaran hormon masing-masing ke aliran darah dalam rangka mempersiapkan badan pada situasi darurat. Akibatnya, system syaraf otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang mempengaruhi sistem pada hormon epinefrin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon adrenalin ini memberi tenaga pada individu serta mempersiapkan secara fisik dan psikis. Adanya peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin atau epinefrin dan norepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh, sehingga muncul ketegangan fisik pada diri ibu hamil. Dampak dari proses fisiologis ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari. Ibu hamil menjadi mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari kenyataan hidup. Pada gilirannya, kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketegangan lebih lanjut sehingga membentuk suatu siklus umpan balik yang dapat meningkatkan intensitas emosional secara keseluruhan. Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1. Selain itu ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan Kala 1 yang meliputi faktor pengetahuan yaitu hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan di mana seorang ibu mengalami kecemasan dengan tidak diketahuinya tentang persalinan dan bagaimana prosesnya. Pada primigravida tidak ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin sehingga ibu merasa ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan tentang pengalaman saat melahirkan dan ini mempengaruhi ibu berfikiran proses persalinan yang menakutkan. Bisa ibu belum mengerti dan belum pernah mengalami persalinan, ibu akan merasa cemas dan gelisah, kalau ibu sudah punya pengetahuan mengenai hal ini, biasanya ibu akan lebih percaya diri menghadapinya. Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun peristiwa kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang, merasa khawatir akan hal ini. Untuk itu, penolong persalinan harus dapat menanamkan kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkan apa yang harus diketahuinya karena kebodohan, rasa takut, dan sebagainya dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu persalinan dan ini akan mengganggu jalannya persalinan, ibu akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerja sama pasien-penolong (dokter, bidan) dan diberikan penerangan selagi hamil dengan tujuan menghilangkan ketidaktahuan, latihan-latihan fisik dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi, dan berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologis. Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan. Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin, 2001). Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain : 1. cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, 2. keadaan fisik ibu, 3. riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC), 4. kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, 5. dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi (Aryasatiani, 2005). Secara epidemiologis, kecemasan dapat terjadi pada semua persalinan baik pada persalinan primigravidamaupun multigravida. Felman et al (dalam Aryasatiani, 2005) dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat tidak menyenangkan dalam hidupnya. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan. Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada dalam rahim ibu. Penelitian yang berkaitan dengan kejadian persalinan lama, 65% disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Old et al (2000), adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan. Takut biasanya dialami pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas. Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau teman tentang persalinan dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut incoordinate uterine action. Soewandi (1997) menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal‐hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh. Menurut Pilliteri (2002) rasa takut, lelah dan kultur akan mempengaruhi respon psikologis berupa cemas yang terjadi pada wanita menjelang persalinan. Melahirkan merupakan titik puncak penantian selama sembilan bulan. Ibu telah menghabiskan waktu berbulan‐bulan dengan bertanya‐tanya dan barangkali juga dilanda kekawatiran mengenai bagaimana akan menghadapi saat‐saat proses bersalin, terkadang sulit melihat kedepan dan membayangkan terutama pada persalinan dengan anak pertama. Latar belakang psikososial seorang wanita juga berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan pada ibu bersalin. Raystone (dalam Maria, 2005) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Secara psikologis, Istri membutuhkan dampingan suami selama proses persalinan. Proses persalinan merupakan masa yang paling berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses persalinan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman. Perhatian yang didapat seorang ibu pada masa persalinan akan terus dikenang oleh ibu terutama bagi mereka yang pertama kali melahirkan dan dapat menjadi modal lancarnya persalinan serta membuat ibu menjadi merasa aman dan tidak takut menghadapi persalinan. Dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan, memberikan rasa nyaman, semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu, serta mengurangi kebutuhan tindakan medis. Dukungan suami dalam proses persalinan merupakan sumber kekuatan bagi ibu yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan finansia. Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi penguatan pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan mengurangi durasi kelahiran. Selama persalinan terutama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Menurut Klaus dan Kennel (1993), ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan banyak keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu persalinan lebih pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan kelahiran dengan forcep (40%). Dilaporkan juga bahwa dengan kehadiran suami selama proses persalinan secara bermakna lama persalinan menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran suami atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan menjadi lebih nyaman sehingga mendukung kelancaran proses persalinan. Ketenangan yang seharusnya didapatkan ibu selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri ibu dan kepada petugas kesehatan baik dokter maupun bidan agar memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian kepada ibu dengan penuh kesabaran. Pengaruh kondisi psikologi ibu terhadap kandungannya Kondisi psikologi ibu dapat mempengaruhi embrio dalam kandungannya. Bila kondisi ibu dalam ketakutan dan gelisah, janin akan terpengaruh dan besar kemungkinan kelak tumbuh menjadi anak yang minder. Sementara itu, kecenderungan cemburu dan watak dengki ibu juga akan mengimbas pada anak. Sebaliknya bila sang ibu memiliki watak baik, berperikemanusiaan, jujur, berani, dan penuh kasih sayang, maka itu juga akan berpengaruh pada anaknya. Pada dasarnya anak dalam kandungan merupakan bagian dari diri sang ibu. Oleh karena itu, ia akan terpengaruh olehpikiran dan kondisi psikologis ibunya. Namun beberapa pakar genetika dan psikologi anak menolak teori ini. Mereka merasa bahwa pikiran dan kondisi psikologis ibu tak akan mempengaruhi pikiran anak secara permanen. Dr. Jalali menulis : “Tak ada hubungan langsung antara ibu dan janin, selain tali pusar yang tak memiliki rasa ( indra), dantali pusar yang tertutup itu memiliki urat syaraf yang membawa darah.” Ini pendapat awal yang menyatakan bahwa kondisi kejiwaan ibu yang berpengaruh pada pikiran anak boleh jadi tidak benar. Namun, tidak benar bila dikatakan bahwa pikiran ibu sama sekali tak berpengaruh langsung pada anak.Pandangan ini dapat terilustrasikan pada argumen-argumen berikut : 1. Pikiran dan jiwa manusia saling berhubungan satu sama lain. Kondisi sakit atau sehat, kekuatan syaraf dan daya tahan fisik atau kelemahan, dan bahkan munculnya atau kurangnya nafsu makan akan berpengaruh pada pikiran dan kepribadian seseorang. Kepribadian individu dan wataknya akan berpengaruh pada perkembangan otaknya. Karenanya, bisa saja kekurangan pada makanan atau tiadanya makanan akan meningkatkan kegelisahan dan pikiran buruk dalam otak. 2. Embrio memerlukan makanan, yang masuk dan menjangkaunya dalam rahim ibu. Selama janin berada dalam rahim, ia bergantung pada ibunya untuk makan. Oleh karena itu, kebiasaan makan ibu berpengaruh langsung pada perkembangan fisik dan mental anak. “Apa yang bermanfaat bagi ibu, pasti juga akan bermanfaat bagi janin. Bila makanan ibu kekurangan kalsium, maka hal itu akan berpengaruh pada perkembangan tulang dan gigi anak.” 3. Sebagaimana diketahui, gangguan dan kegelisahan berlebihan pada seorang anak menyebabkan ketidaksanggupan dalam mencerna, sebelit, dan mempengaruhi tubuhnya. Sedangkan kesedihan atau ketakutan berlebihan akan menurunkan nafsu makan seseorang dan sistem pencernaannya akan terganggu. Kelenjar pencernaan juga tidak akan berfungsi normal. Dari ketiga keterangan di atas dapat dikatakan bahwa meskipun kondisi pikiran dan batin tidak secara langsung berpindah ke otak dan syaraf anak, namun kondisi itu dapat memengaruhi fungsi pencernaan ibu yang akhirnya berpengaruh pada pembentukan fisik dan batin anak. Perasaan ibu yang sedang marah atau gelisah akan mempengaruhi karakternya secara umum dan mengganggu sistem pencrnaannya. Kondisi ini akan merusak tubuh sang ibu termasuk pula janinnya. Mungkin saja anak dalam kandungan ibu semacam itu akan terjangkit penyakit tersebut, yang akan muncul sendirinya pada tahap berikutnya. “Kegelisahan berlebihan yang dialami ibu hamil dan kejadian tak menyenangkan di lingkungannya akan berbahaya bagi perkembangan dan watak anak. Kondisi-kondisi semacam itu akan menciptakan masalah dan menumbuhkan kelenjar-kelenjar yag tak diinginkan. Akibat lainnya, sistem pencernaan tak mampu befungsi normal. Mungkin inilah alasan mengapa beberapa anak mengidap kegelisahan. Kondisi ini boleh jadi pula menjadi penyebab keguguran.” Wanita hamil yang merasa nyaman secara fisik dan mental akan memperoleh janin yang sehat. Lingkungam damai seperti itu tentulah ideal bagi perkembangan sempurna anak dalam rahim ibu. Sebaliknya, janin dari seorang ibu yang penakut, mudah tersinggung, dan bermental buruk tidak akan terasuh dengan baik dan dapat terjangkiti penyakit pada pikiran dan tubuhnya. “Para pakar psikologi telah membuktikan bahwea 26 persen dari penyakit psikologis anak merupakan warisan dari kondisi ibu mereka. Oleh karena itu, bila ibu dalam kondisi sehat walafiat, maka anaknya pun memiliki kondisi fisik yang baik. Bila seorang ibu peduli terhadap kesehatan anaknya, maka herndaknya ia memperhatikan kondisi fisik dan mentalnya sendiri selama masa kehamilan.   KESIMPULAN Pada masa prenatal, janin didalam kandungan juga membutuhkan suatu pendidikan. Pendidikan yang dimaksud berupa musik. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada masa jabang bayi mendengarkan musik bisa memperluas volume otak besar, memajukan syaraf perasa janin, menambah kegiatan utama urat syaraf dan membantu daya berimajinasi abstrak dari pertumbuhan normal anak. Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman melahirkan. Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda ibu dengan semua ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya.Selama persalinan teruama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal‐hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Wanita hamil yang merasa nyaman secara fisik dan mental akan memperoleh janin yang sehat. Lingkungam damai seperti itu tentulah ideal bagi perkembangan sempurna anak dalam rahim ibu. Sebaliknya, janin dari seorang ibu yang penakut, mudah tersinggung, dan bermental buruk tidak akan terasuh dengan baik dan dapat terjangkiti penyakit pada pikiran dan tubuhnya. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Mochamad dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Hastuti. 2010. Panduan Ibu Hamil Melahirkan dan peralatan Bayi. Jakarta : Ouba Press Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sunarto dan Hartono B.Agung.2006. Perkembangan Peserta didik.Jakarta: Rineka Cipta Whalley, Janet dkk. 2008. Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Yulianti, Lia dan Maemunah. 2009. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Trans Info Media

Mangapa seorang cendekiawan perlu banyak membaca?

Mangapa seorang cendekiawan perlu banyak membaca?
Dalam waktu yang terakumulasi, kebiasaan membaca akan menjadikan kapabilitas kognitif sesorang meningkat dalam banyak aspek. Selain itu,dengan banyak membaca seseorang akan mempunyai kemampuan lebih dalam mengenali dan memahami pola sehingga kemampuan analitisnya pun ikut meningkat.
Di era informasi seperti sekarang, seseorang dapat memperoleh informasi dari banyak sumbe. Seperti Koran, majalah, website, blog, jurnal dsb. Oleh karena itu, kemampuan memilih, memilah, serta kemampuan membaca analitisnya pun meningkat.
Membaca adalah memahami arti yang terkandung didalam bahasa tertulis. Membaca merupakan kegiatan yang melibatkan indra manusia karena untuk menangkap pesan,seseorang harus mengamati, membayangkan, menghubung-hubungkan,dan mengingat-ingat.
                Syarat pembaca yang baik adalah sebagai berikut ;
1.       Tahu dan sadar mengapa dia membaca
2.       Memahami apa yang dibaca
3.       Menguasai kecepatan membaca
4.       Mengenal berbagai jenis referensi

Terdapat beberapa teknik membaca cepat yang banyak dipelajari dan dipraktikan, diantaranya scanning, skimming, dan previewing. Scanning merupakan teknik membaca cepat  untukmenjawab pertanyaan yang ada pada pikiran tanpa harus membaca semuanya. Sedangkan skimming adalah membaca secara garis besar untuk mendapatkan gambaran umum tentang isi buku. Previewing juga dilakukan untuk membaca gambaran secara umum isi buku, tetapi interprestasi maupun prediksi terhadap isinyadidasarkan pada pencermatan terhadap hal hal di luar teks utama, seperti judul, penulis, testimony dsb. Intinya,teknik membaca cepat apapun harus didasarkan pada SQ3R yaitu survey,question, read, recite, dan review.

Sumber : Tim CTSD UIN Sunan Kalijaga.2015. Sukses Belajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD

Nah udah paham kan….? Cara membaca yang baikdan benar?? So,,, Yukk kita budayakan membaca, karena membaca adalah jendela dunia….


KONTROVERSI TAXI ONLINE



KONTROVERSI TAXI ONLINE
Internet bukan lagi sekedar sumber informasi tetapi juga penunjang bisnis dan ekonomi. Internet kini merupakan medium utama suatu  bisnis. Kehadiran internet dan kecanggihan teknologi digital yang dimulai sejaak era tahun 1980-an menandai gelombang perubahan industri tahap kedua. Pada era digital seperti ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran internet dibutuhkan oleh berbagai kantor perusahaan dan para pengusaha yang baru memulai meniti karirnya. 
Seorang ilmuwan bernama Albert Einstein pernah mengungkapkan kekhawatirannya mengenai situasi peradaban baru ini,”I fear the day that technologi will surprise our human interaction”.  Bukan pada soal melahirkan generasi idiot yang dimaksud dalam kutipan ilmuwan tersebut,akan tetapi perkembangan teknologi yang amat pesat yang pada akhirnya melampaui interaksi manusia, memaancing polemic,bahkan ketidaksiapan manusia itu sendiri.
Belum lama ini, kasus mengenai hadirnya pola bisnis digital dalam layanan transportasi public di Indonesia. Kemunculan aplikasi seperti GoJek,Taxi onlin , Uber dan Grab menyita perhatian masyarakat Indonesia. Layanan tersebut datang sebagai layanan baru transportasi dambaan masyarakat yang nyaman, murah dan praktis.
Salah satunya ketika demo besar sopir Taxi di Jakarta. Demo di Jakarta telah memunculkan perdebatan panjang antara pro,kontra dan bingung, tidak ketemu benang merah yang jelas dalam persoalan ini. Semua perbincangan mengarah kepada teknologi.  Beberapa kalangan yang pro dengan kehadiran layanan taxi online dsb beranggapan bahwa sharing ekonomi ini yang akan menjungkalkan kapitalisme. Secara sekilas memang dengan adanya kehadiran taxi online dsb menguntungkan masyarakat,karena transportasi yang ditawarkan nyaman, murah dan praktis. Selain itu dapat mengurangi polusi udara dan kemacetan. Akan tetapi beberapa kalangan yang kontra dengan hal tersebut berpendapat bahwa kehadiran layanan transportasi online malah akan membuat ekonomi yang kapitalisme dengan beberapa alasan sebagai berikut ; ketika layanan tersebut digemari masyarakat maka investor berlomba lomba untuk menginvestasikan sahamnya. Ketika banyak negara yang tertarik  untuk berinvestasi, maka harga saham akan naik. Alhasil layanan transportasi online dikuasai oleh Negara yang memiliki investasi terbanyak. Disisilain tukang ojek,taxi konvensional mulai tidak ada,mereka mulai gulung tikar. Kemudian layanan transportasi  berbasis online yang mula-mula memasang tariff murah mulai memasang tariff yang tinggi dan menguasai sector ekonomi transportasi. Masyarakat mau tidak mau harus menerima keadaan tersebut, karena ojek taxi tradisional sudah tergusur keberadaannya.
Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) menemui Menteri  Sekretaris Negara Pratikno di Jakarta, Senin 14 Maret 2016. Para pengunjukrasa, termasuk di dalamnya sopir-sopir taksi, meminta Pemerintah memblokir aplikasi tersebut. Sayangnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika tak mau terburu-buru memenuhi tuntutan pemblokiran kedua aplikasi tersebut. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pemerintah tidak bisa sembarangan bertindak dalam membatasi teknologi. “Aspirasi baik dari masyarakat sebagai pengguna jasa yang menginginkan, mengharapkan adanya layanan transportasi umum yang lebih nyaman,yang dirasakan setidaknya yang saat ini aplikasi online yang lebih nyaman dan lebih terjangkau,”kata beliau dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (15/3/2016).
GoJek,taxi online, Uber dan Grab dianggap bermasalah dalam hal legilitas perizinan pajak, penanaman modal, serta syarat dan prasyarat lain yang telah diterapkan dalam tata aturan bisnis transportasi di Indonesia. 
SUMBER : +Pengusaha Kampus